Mahasiswi HKI STAI Yogyakarta, Tampil sebagai Pembicara Tunggal Workshop Kepenulisan

(Ambarawa-Semarang, 25/9) – Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Semarang bekerjasama dengan Komunitas Semua Bisa Menulis, Istana Agency dan Lebah Buku Grup menggelar Kegiatan Workhsop Penulisan berlevel Nasional dengan tema “siapa tau disini tulisan kamu bisa jadi karya terhebatmu” dan menghadirkan pembicara Mini GK, Instruktur Penulisan Balai Bahasa, Duta Baca Yogyakarta, dan Bimtek Instruktur Literasi Wilayah Jawa, Mahasiswa Hukum Keluarga Islam (HKI) Sekolah Tinggi Agama Islam Yogyakarta (STAI Yogyakarta), yang diselenggarakan pada hari Ahad, 25 September 2022 di Gedung Perpustakaan Ambarawa Semarang.

Menjadi seorang penulis merupakan cita-cita baru yang menjadi trend di tahun-tahun belakangan ini. Banyaknya platform online dan juga efek pandemi membuat orang-orang lebih menyukai dunia tulis menulis. Sekadar untuk mencari hiburan atau lebih luas lagi yaitu untuk mendapatkan penghasilan. Menulis bisa menjadi salah satu matapencaharian yang patut untuk dijajal. Selain itu, banyaknya film atau drama yang diadaptasi dari sebuah tulisan, baik itu tulisan online atau dari buku, menambah alasan kenapa dunia tulis menulis semakin digandrungi, bahkan bukan hanya kaum remaja tetapi lintas generasi.

Indah dari KSBM selaku panitia, menjelaskan sasaran peserta kegiatan acara ini adalah para pemustaka yang terdiri dari masyarakat umum dengan latar belakang aktivitas dan pendidikan. Mulai dari anak-anak hingga orangtua lanjut usia. Kuota peserta kegiatan workshop dibatasi maksimal hanya 20 orang. Panitia terpaksa menolak banyak peserta karena dikhawatirkan akan membludak. Dijelaskan banyaknya antusias dari masyarakat terkait workshop kepenulisan kali ini, namun karena masih dalam suasana new normal lepas pandemi, maka diusahakan untuk tidak banyak bergerombol dan terpaksa menolak calon peserta.

Workshop kepenulisan yang berlangsung dari pukul 09.00 dan berakhir pukul 12.00 WIB ini mendatangkan narasumber seorang penulis penerimaan penghargaan karya sastra remaja dari Yogyakarta yaitu Mini GK. Selain menjadi penulis, Mini GK atau bernama asli Tri Darmini adalah juga tercatat sebagai mahasiswi program studi Hukum Keluarga Islam STAI Yogyakarta semester 7. Disela-sela aktivitasnya kuliah, mahasiswi yang sebentar lagi akan menjalani Praktik Peradilan ini juga sering mengisi acara-acara kepenulisan, baik workshop menulis, bedah buku, seminar perbukuan, talk show dunia kepenulisan dan mengajar kelas-kelas menulis.

Dunia tulis menulis telah digelutinya kurang lebih satu dekade. Di kampus STAI Yogyakarta dia menyalurkan hobi dan kemampuannya ini dalam wadah bernama Sangu Sinau. Sebuah program mahasiswa yang sering membahas banyak hal positif di luar dunia akademik. “Setiap orang pasti bisa menulis. Hanya saja tidak semua orang mampu dan mau jadi penulis profesional,” begitu ungkap Tri Darmini saat sedang mengisi workshop kepenulisan di Ambarawa.

Workshop kali ini sedianya diperuntukkan untuk guru-guru PAUD di Ambarawa tapi ternyata yang daftar justru masyarakat umum yang tertarik dengan dunia menulis. Pesertanya beragam mulai dari anak SD sampai orang tua. “Saya tidak ingat dengan jelas tapi sepertinya ini adalah workshop yang pesertanya kebanyakan diisi orang-orang tua. Biasanya peserta workshop yang saya temui kebanyakan anak muda kuliahan,” jelas perempuan yang belum lama ini ikut terlibat dalam pembuatan buku Moekti Art Theraphy #5, sebuah buku berdasarkan data dan riset dengan potret 4 SLB di Gunungkidul.

Kegiatan workshop diselenggarakan di akhir pekan dan dikemas dengan gaya lesehan, namun antusias peserta dan pemateri cukup memuaskan. Sebelum memulai materi, narasumber (pemateri) bertanya kepada peserta workshop tentang kesulitan yang peserta hadapi selama ingin menjadi penulis. Bagaimana konsisten menulis, bagaimana menumbuhkan rasa suka menulis, bagaimana memulai membuat kalimat pertama, bagaimana mencari ide dan bagaimana membukukan atau menerbitkan karya tulis tersebut. Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berhasil narasumber kumpulkan dari peserta.

Maka sepanjang tiga jam workshop, Tri Darmini mencoba mengajak peserta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan langsung praktik lapangan. Mulai dari peserta paling muda (SD kelas 3) sampai paling tua (setengah abad lebih) semua diperlakukan sama. Belajar mulai dari nol, seperti seorang pemula. “Pertama-tama yang diperlukan adalah kesadaran. Sadar bahwa diri ini mau belajar menulis. Sadar bahwa punya keinginan jadi penulis. Apa pun hasilnya nanti, kesadaran diri sangat diperlukan,” ungkap Mini GK penuh penekanan, mengingatkan peserta untuk fokus pada kesadaran diri.

Jika ada ungkapan yang mengatakan bahwa menulis itu mudah, sebenarnya ungkapan itu tidak salah. Tapi menulis baik dan bernyawa belum tentu mudah. Diperlukan jam terbang dan latihan setiap hari. Seperti sebuah pisau, akan tumpul jika tidak dipakai dan tidak diasah. Begitu pun keahlian menulis, akan semakin tajam saat sering dipraktikan. Sebab menulis bukan hanya kerja otak tapi juga fisik. Menulis tidak hanya perlu dipikirkan atau diperkirakan tapi juga butuh aktivitas nyata, yaitu menulis.

Tri Darmini berharap agar workshop serupa sering-sering dijalankan, entah itu di Ambarawa atau di daerah lain. Dengan workshop kepenulisan ini diharapkan masyarakat semakin paham dan memulai gerakan cinta literasi.